Sunday, August 3, 2008

Ratna Laila Shahidin
Ini Ruang Persembahan Sebuah Perjuangan

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
yang perlu diisi bukan hanya sekadar laung-laungan
tetapi juga satu tekad penuh nekad
kemerdekaan ini perlu tegak berdiri kukuh
tidak goyah meskipun diamuk badai anarki
tidak punah meskipun digertak kuasa dunia.

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
terkumpul dari semangat Dato Maharaja Lela
peluh dan darah, pekik dan tingkah
tidak rela bumi ini kembali terjajah
tidak kira siapa dan apa pun gelarnya
menerima bererti melanggar sumpah.

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
pengisinya berbaris dari pelbagai generasi
dengan beza warna kulit dan kepercayaan
tetapi disatukan di bawah satu wawasan
diakrabkan dengan makna sebuah ikatan
ini negeri satu-satunya milik kita penghuninya.

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
menjadi saksi gugurnya para pejuang
menjadi bukti rebahnya para petualang
sehingga akhirnya piala kemerdekaan dalam genggaman
pewarisnya itu hanya kitalah
generasi pasca-merdeka yang dicorakkan satu rona.

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
negara tercinta namanya gah di merata
dari daerah daksina ke garis paksina
destinasi pariwisata, rimbanya terjaga
sejarah dikelek dalam bangunnya prasarana
puisi beralun dalam kecanggihan teknologi
di sini kita sebenarnya punya segala.

Ini ruang persembahan sebuah perjuangan
meskipun siapa sahaja pengisinya
para intelek, budayawan, petani, nelayan,
kesetiaan ini hamparkanlah selebarnya
agar setiap penghuni ruang tercinta ini
bisa bersila rapat bermunajat
dalam udara bersih nyaman
dalam restu dan kasih tuhan.

( Sayembara Puisi Merdeka negeri Kedah 2005 dan 2006 ku deklamasikan sajak ini di peringkat akhir ... )

_________________________________________________________________

Jariah Haji Taha
Watikah Di Daerah Merdeka

Telah berpesan Laksamana Hang Tuah kepada kita
‘Takkan Melayu Hilang di Dunia’

Ayuh! Mari kita susur pantai maknanya
di negeri tempat darah pahlawan Melayu mengalir
berselirat ke akar umbi buminya
mencengkam lumat hasad dan dendam
takkan sekalipun meracuni himpunan setia
meski dimesrai penjajah bersilih ganti.

Melayu yang dikurnia akalbudi
tiadalah gentar mendaulatkan jatidiri
meski dibelenggu derita dan mimpi ngeri
ayuh! Kita rentang semangat, tenaga dan minda
menghindar sengketa, menggarap cita di daerah merdeka.

Menjelang malam 31 Ogos
aromanya bak kasturi
menyusup ke tiap pelusuk empat belas negeri
dengan sejuta harapan dan doa
mengharum setiap nadi anak bumi
gemilangnya daerah merdeka milik abadi!

Di daerah merdeka yang permai ini
kita berdiri teguh bercakap tentang maruah bangsa
kedaulatan pertiwi dan gagasan mengangkat makna merdeka
di bawah rahmat Yang Maha Esa
siap siaga bukan sekadar sedar di mata
halangan dan cabaran menuntut ketelusan
menghayati tindakan dan kewajipan
menyelinap ke tiap kerangka visi dan misi
kemajuan dunia melangkah seiringan
tegas mendepani perubahan!

Dengan keyakinan dan iltizam bangsa
jihad ke daerah merdeka
menekuni perkongsian perjuangan dan kehidupan
jangan sampai tergadai diselar petualangan
yang sering datang bertandang mesra
sedang hati diulit dengki khianat
suka melihat kita tersungkur, memaut ehsan.

Demikian terkenang pesan pahlawan terbilang
gah! Suara anak Malaysia bergema di medan pembangunan
lantang meningkat ekonomi dan martabat
dunia menyaksi tamadun bergerak pantas
lenyaplah kesedihan bangsa kita!

Kini mendepani generasi bijak bestari
pendengar dan ajarkan perjuangan silam
jangan sampai terbiar hingga alpa
harga diri bukan pada kemajuan semata
kebebasan, keadilan dan teknologi canggih
tetapi jua menuntut pertanggungjawapan di jiwa!



______________________________________________________________

Mohamad Saleeh Rahamad
Mencari Wira

Berkurun kita berburu mencari makna kata.
Berkurun kita keliru mengenal makna wira :
Jebat dan Tuah, siapa patut dipuja?

Lemas kita dilanda curiga
antara setia dengan pembela.
Selamanya wira dinilai oleh masa
selamanya wira dicanai oleh kuasa
selamanya wira dinobat oleh harta.
Akhirnya wira entah di mana
di depan kita pengkhianat bangsa.

Bangunlah dari lena khayali
kita kembalikan kata pada lidah
kita pulangkan pandang pada akal
kita keringkan rajuk pada tindak.

Akal tak pernah mengalah kalau diajak bertelagah
tapi selamanya kita mematikan akal
kerana akal membijaksanakan manusia
dan si bijak tidak perlu hidup
seperti wajarnya si budak ditikam
atas bijaksananya yang mengancam.
( Ah! Sejarah todak kerap sangat berulang )

Marilah kita didihkan akal
mentafsir kata dengan sempurna
- ada waktunya berontak itu keji
- ada waktunya berontak itu suci
- ada waktunya berontak itu cemar
- ada waktunya berontak itu samar
berubah musim beralih sikap
bertukar pimpin bersalin harap
tapi pejuang tidak pernah terpuja
tika darahnya mengucur seksa matanya dicungkil buta
tangannya diikat waja kakinya dirantai sula
dan kita mengulang keanehan
berebut menabur bunga dan pandan
di dada mereka setelah kematian.

Sesal hanya datang sekali
tapi seksanya sepanjang hayat
lukanya berparut berabad-abad.



___________________________________________________________________

Hashim Yaacob
Kitalah Tuan

Kita lari mengendong maruah diri
resah cemas di bumi sendiri.

Lalu berapakah harga kelangsungan nafas
ketika kita tunduk tewas
terkongkong dan tertindas?

Ratusan tahun kita ketiadaan wajah,
apakah tanda kehandalan pahlawan
sedang bangsa menjadi suruhan?
ratusan tahun kita kehilangan rupa,
di tanah sendiri tuannya siapa?

Betapa bosan dalam kehilangan
tiada seri di mata, segala malap,
tiada cahaya di jiwa, segala gelap,
lalu mengeluhrintih bangsa bawahan,
kerana pendatang berdiri,
mempertidak hak dan menuding jari :

“ Kami sebenarnya tuan,
kamu yang lemah adalah suruhan!”

Tetapi segala sementara, segala sementara
Tidak terbenam inti keberanian
Tidak terkikis nadi kepahlawanan :
bangkit Tok Janggut dengan kegagahan,
bangkit Mat Kilau dengan kecekalan,
bangkit Maharaja Lela dengan kehandalan,
bangkit Bahaman dengan keyakinan,
bangkit segala wira, bangkit
bangkit bangsaku memaknakan pertuanan :
berbadai di jiwa membela ibunda
berapi di mata menuntut merdeka!

Kini bagaikan permata,
merdeka di genggaman kita
tergenggam juga kebijaksanaan
kitalah penentu kelangsungan.

Pengalaman adalah perisai sejati,
tegap kita dengan mata waspada
santun kita dengan telinga budi,
kita bangunkan tiang yang lima,
dalam rangka hidup bersama
kita ukir hala tuju
dengan agama, budaya dan ilmu.

Kitalah tuan.




____________________________________________________________________


DI HALAMAN KEMBANG SEPATU INI, SELAMANYA SEJAHTERALAH WARGA
SAZALEE HAJI YACOB

Ketika desar-desir suara angin menyentak rumput di halaman
udara hitam dari sukma duka wangsa menyentuh gusar malam
bahtera kebanggaan yang selama ini teguh dan agam
tiba-tiba tercarik layar, tersasar haluan.

Ketika angin serong menyusur ke lembah gersang
badai malam dari kalbu mushkil murba menggigit sumsum alam
bangsa yang sekian lama megah dan padu
tiba-tiba menerka udara mahing kemarau silatur
menyeret ke musim silam yang kontang.

Kau bangsaku, jangan lupa pada harumnya tubuh Seputung
kaku menjulur di tali gantung, demi mempertahankan
sekangkang Pasir Salak. Kau saudara seagamaku, jangan
lupa pada wanginya jenazah Tok Janggut, terjerut songsang
di pinggir jalan, demi mendaulatkan sekiting tanah Pasir Putih,
generasiku, jangan lupa akan manisnya darah
Leftenan Adnan yang terpercik di makam Tanjung Puteri,
demi menegakkan martabat nusa.
Jangan sesaat pun kau lupa
akan nyaringnya pekikan para katwal
yang redha berputih tulang
membentengi Rumah Pasung Bukit Kepong
demi memelihara maruah pertiwi.

Generasiku yang merdeka,
kita tidak pantas meneruskan nafas perjuangan ini
andai kita menjadi api yang marak diam merentungkan sekam,
kita tidak pantas mengembangkan kuntum kemerdekaan ini
jika gunting dendam terus meracik licik di dalam lipatan,
kita tidak pantas merenjiskan madu kedamaian ini
kalau duri iri masih merodok setiap serat daging kita,
saudara sebangsaku.
Di sinilah halaman mesra kita,
halaman pusaka – pusaka pejuang terbilang
halaman merdeka – merdeka tanpa decitan darah
halaman membangun – menbangun dengan keringat kendiri
mengorak maju bersama perbawa pemimpin
menyantap damai berkat perpaduan warga
moga kekal selamanya.

Di halaman kembang sepatu ini,
pertahankanlah daulah addin nan quddus
di halaman udara bugar nyaman ini,
perteguhkanlah maruah bangsa nan mulus
di halaman redup rimbun kemerdekaan ini,
abadikanlah kemakmuran sejati
di halaman multi bangsa dan demokrasi ini,
selamanya sejahteralah warga,
sepanjang alaf menjulang nusa.



( Ini adalah antara sajak yang amat kuminati untuk dideklamasikan..... kali terakhir aku deklamasikan di Majlis Perhimpunan Perpaduan Melayu Kedah di SMK Agama Yan pada bulan Julai 2008 yg lalu................meskipun perhimpunan anjuran sebuah parti politik itu asyik menghentam saudara seislam ..yg pasti aku telah menghamburkan mesej2 penting melalui sajak tersebut...... lihat baris ke 3, 4 dan 5 perenggan ke dua... sajak ini amat syahdu.. terimakasih saudara Sazali Hj.Yaakop...penukil setia.)


__________________________________________________________________

Sabariah Bahari
CINTA WAJA WARGA MERDEKA

Dengan zikir kasih kami bukakan singgahsana
menjulang jalur gemilang bersama sejarah
Yang tertarik ceritera luka bersama air mata
dari simbahan maruah moyang berzaman
inilah bisikan cinta kami
istana kasih yang kukuh
merangkul mesra di persada visi
menganyam janji pada diri.

Meski telah kami punahkan sejarah berdarah
dalam zikir kasih menyusur perjuangan
namun segala yang pernah musnah
membangkitkan urat nadi pembela pertiwi
menjujnjung martabat bangsa bermaruah
kerana, kamilah warisan turun temurun
memadu sumpah buat dititipkan
pada seluruh cakerawala setia
- akan kami laungkan keamanan
- akan kami nyanyikan semangat merdeka.

Di maya ini, kami tafsir segala peradaban
menyirami kuntum perkasihan di laman
telah kami baja keakraban pengalaman
musteru ngeri luka silam masih mengimbau
menggamit sejuta pesona waspada
akan kami tangkis durjana menepis
mengikis tapak sengsara di mata
di sini, kamilah anak merdeka
melangkah maju tidak gementar
membentuk wawasan tidak gegar.

Demi cinta bersemi ketamadunan hakiki
melaut kasih pada keharmonian
kamilah pejuang pembangunan abadi
akan kami cincang cabaran merentang
akan kami tentang jejak melentang
kamilah pewaris menunjang pedang kerukunan
dengan benteng sejuta pagar keamanan
akan kami wangikan seluruh maya
menabur bunga bijaksana bangsa
atas gemala cita menyatu sejahtera
tidak akan rebah dimamah sejarah
tidak akan goyah dipatah dugaan
kami abadikan seluruh degup jantung
membina cinta waja dalam sumpah
- kami anak merdeka
ada misi membentuk kemenangan
ada visi membentuk kemahuan.





_______________________________________________________________________

Shamsudin Othman
RIMBA PERKASIHAN

Kunamakan kau taman permainan inderaloka
tak terperi seri dan wasilahnya.
Inilah rimba perkasihan tempat moyang-poyang
menanam dan memugar nyali uzlahnya.
Aku tak akan mudah berangkat meninggalkanmu
ini janji yang termetri jauh dari lubuk generasi
aku bukan badut yang mudah mengangguk
sehingga tergadai maruah bangsa.

Aku insane dari rimba perkasihan
jangan kau desak untuk menjadi seorang pembohong
sekali darahku menitis berabad dendam membara
penawarnya lebih pahit dari batawali
lebih manis dari madu tualang belantara
maka, jangan sesekali aku disakiti.

Sebaris kata ini tak akan terlontar kalau tak dinodai.
Ayuh, jangan sesekali tewas menyerah
kita asah tombak akal dan pedang iman
kita titipkan kasturi tiga setangkai
biar bisanya tiada penawar
biar, biar, biar berpanjangan duka nestapa
biar jadi pengalaman kepada penderhaka.

Aku sudah cukup longlai dengan taburan kata tidak tertunai
juga nyali yang tak berdarah
aku bukan insan yang kehilangan atma dan teja pendekar
akulah pewaris dari rimba perkasihan
rimba tempat anak cucu belajar
menjulang daulat menjunjung duli
dan bersilatulrahim membina generasi.

Rimba ini rimba seribu kenangan
tempat membebat rasa insaniah
memugar ilmu, taqwa dari zuhud maknawi
medan ketenangan untuk berkasih cinta-Mu
Rimba perkasihan ini amat besar maknanya,
mari kita bina sebuah mahligai dari makna cinta
di sini kita tanam suburkan
pohon akrab dan bunga budi bahasa
kita bajai taman indah ini
dengan istiqamah kasih sayang
agar kelahiran baru dapat mengecap nikmat
sebuah rimba lestari yang tumbuh dari jiwa murni.


Sekolah Alam Shah. Kuala Lumpur.






____________________________________________________________________

PANTUN MERDEKA

MEREDAH SASA BUMI MELAKA,
AMALAN DAYANG PENGGERAK HIASAN
INDAH SENTOSA BUMI MERDEKA,
TINGGALAN MOYANG TUNGGAK WARISAN.

BERLAPIS CEMPAKA DI SISI KEKWA,
INDAH REDUP DIHIAS MELATI;
SEMANGAT MERDEKA KEKAL DI JIWA,
NESCAYA HIDUP LEBIH BERERTI.

RAWA DI TANJUNG KEMAS DIPAKU,
DI DADA JEJAWI BERSILANG HIASAN;
JIWA MEYANJUNG LAGU NEGARAKU,
TANDA PERTIWI DIJULANG WARISAN.

AWAN TENANG BERSERI HIASAN,
KEDIDI DI HUTAN RIUH BELAKA;
PAHLAWAN DIKENANG WATAN WARISAN,
MENJADI IKUTAN RAKYAT MERDEKA.

HALUS TERATUR JAMBANGAN CEMPAKA,
DI TEPI JEJAWI MOLEK KEDIDI;
TAKKAN LUNTUR SEMANGAT MERDEKA,
DIJULANG PERTIWI SENTOSA ABADI.

REMAJA KINI MENJULANG NUSA,
BAGAI CAHAYA MENYERI PANDANGAN;
MALAYSIA HARMONI AMAN SENTIASA,
DENGAN ADANYA PEMIMPIN SANJUNGAN.

CINDAI SI DESA SELASIH MEWAJAH,
GAMAT MELAKA BERTINGKAH KELICAP;
ANDAI NUSA MASIH DIJAJAH,
NIKMAT MERDEKA DAPATKAH DIKECAP?

SAJAK-SAJAK SEMPENA MENYAMBUT 1 SYAABAN 1429 H dan BULAN KERAMAT OGOS. ( BULAN KEMERDEKAAN )

ANAK WARISAN MERDEKA
Nukilan Hassan Baseri Budiman

Akulah anak warisan merdeka -
yang tidak pernah jemu mengenang detik kemenangan
yang pernah dibangunkan nenek moyangku
puluhan tahun lamanya.

Dan akulah anak warisan merdeka itu
yang lahir daripada ceritera sejarah kemerdekaan
sebuah negara bangsa berdaulat dan bermaruah.

Siapa lagikah yang akan bercakap
tentang protektokrat dan koloni
tentang Harold MacMicheal -
tentang memorandum Malayan Union
dan tentang segala detik kritikal
yang pernah meluapkan darah perjuangan Melayu yang hampir
menitis seperti tertitisnya darah Bahaman
dan darah Mat Kilau yang basah di persada bangsa.

Demikianlah yang pernah dimeterai - sebuah ceritera usang
sejarah kemerdekaan Malaysiaku yang cukup besar maknanya
sebuah nahdah - sebuah wasilah - sebuah mauduk
dan sebuah pintu
yang menjadi lorong laluan kemerdekaan
yang berterusan sampai saat ini.

Akulah anak warisan merdeka -
yang lahir dalam rumpun negara bangsa yang terbilang
negara tinggalan paduka Almarhum Dato’ Onn Jaafar,
Tunku Abdul Rahman dan Tun Abdul Razak
dan negara tempat bertahan penghamburan segala sisa
jerih derita anak bangsa
yang saban musim menempikkan semangat
MERDEKA.

Sebuah ceritera merdeka adalah prakarsa anak bangsa
yang dikurniakan suara gemuruh dengan tangan – tangan berkepal
di bawah jumud mentari kebebasan yang leleh
yang diberikan semangat dalam pekik suara merdeka
yang bergabung kemudiannya dalam satu rangka
yang mencetuskan perjuangan terus menerus
yang kemudian menjadi tembok keutuhan yang menunjang.

Aduhai anak warisan merdeka -
mari sama kita menyanggah gerak semarak
dalam persemadian ceritera
mari sama kita gempur tabur segala adegan gawat yang bersemuka
mari sama kita tentang segalanya
yang menjadi petualang negara
biar pentas merdeka ini tidak sekadar menjadi ilustrasi sejarah
atau omong kosong - atau sekadar ilusi sebuah mimpi
kerana segala ceritera merdeka itu milik kita bersama
milik anak – anak warisan merdeka.